Rabu, 25 Desember 2013

Ubah pola pikir kita karena sesungguhnya mereka sama dengan kita

Hari ini selasa 17 desember 2013

Hari ini  kami sekelas pergi ke RS MARZUKI MAHDI di bogor dalam rangka kunjungan untuk mengetahui gangguan- gangguan  yan g terjadi pada para penderita gangguan jiwa di RS tersebut yang memang berhubungan dengan blok yang sedang kami jalani sekarang, yaitu neuropsikiatri

Kami mendapatkan banyak hal berharga disini . Di mulai dari perubahan mindset kita terhadap para gangguan jiwa yang cenderung orang awam lebih cenderung menganggap bahwa orang – orang yang menderita penyakt tersebut perlu dijauhkan dari keluarga masyarakat . Padahal kenyataannya dengan pendeskriminasian itu malah memperburuk penyakt yang dialaminya, seharusnya justru sebagai keluarga maupun masyarakat harus bersama-sama memberikan semangat hidup dan motivasi kepadanya dalam berjuang melawan penyakitnya .

Karena sebenarnya tidak ada seseorangpun yang menginginkan kejadian tersebut terjadi kehidupnya . mereka hanya sedikit kurang beruntung dibandingkan kita .

Disini, akan ada 3 fase dalam penanganan pasien yang mengalami gangguan jiwa tersebut . Pertama – tama 
pasien akan masuk ke ruangan Akut dimana tempat tersebut meruakan tempat pertama pasien yang mengalami gangguan jiwa . Pada tempat ini ruangan pasien  merupakan yang paling tertutp dari semua tempat, mungkin disebabkan pada tempat ini kosndisi pasien cenderung kurang stabil sehingga pasien akan lebih mudah untuk mengalami fase bipolarnya baik itu berupa fase manik maupun fase depresi . 

Lanjut ke fase selanjutnya yaitu fase intermediate nah ditempat ini mungkin bisa dianggap sebagai  tempat bagi pasien penderita yang sudah lebih tenang dan mulai mengetahui bagaimana mengatasi apabila gangguan jiwanya datang kembali dan dari segi tempat pun pada tempat ini cenderung lebih terbuka dibandingkan yang pertama . 

Inilah fase terakhir bagi seorang penderita gangguan jiwa di RS ini yaitu fase tenang . Memang cukup berbeda dibandingkan ruangan – ruangan sebelumnya yang cenderung lebih tertutup, tetapi pada tempat ini kita agak lebih leluasa dalam berbicara dengan pasien gangguan jiwa . Bahkan kita sempat diberikan waktu untuk ngobrol dengan salah satu penderita yang dalam berbicara sudah cukup lancar dan hubungan kontakmata pun sudah berjalan amat baik pada penderita , dimana amat sangat berbeda pada tempat sebelumnya yang cenderung saat kita ajak bicara tatapan mata mereka  kosong sedangkan pada pasien ini terlihat normal seperti kebanyakan orang yang bahkan teman – teman saya sedikit takjub bahwa ternyata penderita gangguan jiwa dapat sembuh total yang mungkin apabila saya bertemu pasien tersebut bukan di RS marzuki mahdi, saya tidak akan mengira orang itu pernah mengalami gangguan jiwa bahkan pernah dirawat di salah satu RS bagi penyandang gangguan jiwa . karena sungguh sang penderita terlihat amat sangat normal dan tidak ada perbedaan dengan yang lain . Meskipun pada saat wawancara kami dengan pasien sempat beberapa kali dipotong pembicaraan oleh penjaga disana apabila kami menanyakan hal yang berhbungan dengan waham yang dialaminya, mungkin hal tersebut lebih bertujuan agar pasien tidak mengingat –ingat kembali apa yang ia alami sebelumnya sehingga ditakutkan gangguan psikisnya akan kambuh kembali .

Kalau saya ambil kesimpulan dari ketiga stase tersebut sebenarnya tidak terdapa perbedaan yang amat mecolok pada ketiga tempat tersebut , hanya saja perbedaan tempat mungkin lebih mengacu pada lamanya penderita saat diberikan pengobatan maupun lebih kepada bagaimana penderita sudah lebih bisa menahan dirinya dari berbagai halusinasi berupa bisikan kepada dirinya . Bahkan ketika observasi, ditempat intermediate saya masih menemukan saat –saat  dimana beberapa pasien mengalami fase halusinasinya, ada yang terlihat seperti sedang menyapu maupun sedang menggendong anaknya .

Ada hal yang patut diwaspadai juga apabila pada suatu saat berkunjung ke tempat – tempat khusus bagi para penderita gangguan jiwa  . Jangan pernah memberikan barang apapun kepada pasien, karena para penyandang gangguan jiwa cenderung pintar untuk mengelabui kita untuk hal ini jangan sampai nanti kita yang dipeloroti oleh para penyandang gangguan jiwa ini . Biasanya sih minta rokok, nah yang merepotkan itu kalau jadi koas , kalau kesan pertama sudah diberikan barang nanti kelanjutannya penderita saat ingin dilakukan suatu tindakan akan meminta barang yang kita berikan terlebih dahulu, akhirnya repot kan . Selanjutnya jangan pernah memberikan handphone maupun nomornya, untuk hal ini saya kurang begitu paham kenapa, tetapi yang jelas saat berkunung jangan pernah memberikan apapun kepada penderita .


Intinya pada kunjungan kali ini saya mendapatkan pelajaran yang amat sangat berharga, karena dimulai dari detik itu terjadi perubahan pola pikir saya dan teman – teman kepada para penderita gangguang jiwa yang sebelumnya saya menganggap bahwa mereka adalah orang –orang yang perlu dijauhkan dan cenderung tidakmemiliki masa depan yang jelas untuk kedepannya padahal dengan perilaku seperti itu justru akan membuat penderita semakin menderita penyakit dan sebenarnya mereka merupakan manusia yang sama seperti kita, perbedaan yang mereka miliki bukanlah menjadi alasan bagi mereka untuk dijauhkan dan dikucilkan oleh masyarakat, bahkan seharusnya kita sebagai keluarga mungkin , atau tetangganya seharusnya  lebih memberikan motivasi maupun semangat hidup yang dengan begitu kita dapat membantu mengobati dan mengurangi masalah yang sedang mereka alami . 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar