Keteladanan Sayyidina Ali r.a dalam Peperangan
Pada suatu hari terjadi pertempuran besar
antara kaum muslimin dan kafirin . Pada peperangan tersebut terjadi
ketidakseimbangan dimana kaum muslimin harus berhadapan dengan kaum kafirin
yang jumlahnya amat besar .
Terjadi pertarungan pedang yang amat menegangkan
antara Ali r.a dengan kaum kafirin . Keduanya saling menekan satu sama lain ke
posisi yang sulit . Pada akhirnya Ali berhasil mendesak lawan dan mementalkan
pedang yang dipegangnya . Lawan jatuh tersungkur kemudian terlentang, dengan
pedang terlepas jauh dari tangannya . Habislah riwayat sang musyrik . Ali
tinggal memenggal kepala atau menusuk dada lawannya dengan pedang yang siap
dihunuskan .
Sang musyrik tampak pucat . Sudah tidak ada harapan
hidup lagi . Namun, yang cukup mengejutkan adalah sang musyrik bukannya
menyerah, malah dengan sengaja ia meludah ke wajah Ali ra . Maka sungguh gusar
Ali dengan hal itu . Merah padam wajahnya . Marah menguasai jiwanya . Ingin
sekali ia memenggal leher sang musyrik . Namun seketika ia malah menurunkan
pedangnya yang telah terhunus . Menyarungkannya kembali dan hendak segera
berlalu .
Sang lawan sunggh terkejut . Padahal kalau Ali mau,
habislah sudah dirinya , dia sama sekali tidak berdaya . Tetapi , kenapa Ali
malah meninggalkannya . Bukankah ia telah meludahinya , kenapa ia malah pergi
?
Dengan penasaran sang musyrik berkata , "Wahai
Ali," katanya . "kenapa engkau tak segera membunuhku ? bukankah kalau
engkau mau, engkau dapat melakukannya dengan mudah . Seharusnya engkau marah
karena aku telah meudah ke wajahmua . Dan segera membunuhku ," tanyanya
Ali yang telah menguasai dirinya kembali dengan
tenang menjawab . "Wahai fulan," katanya . "engkau benar, kalau
aku mau, aku dapat membunuhmu . Apalagi engkau telah meludahi dan membuat
hatiku sangat gusar," Tambahnya . "Ketahuilah, aku berperang jihad
fisabilillah . Bukan untuk kepentinganku, tetapi untuk membela agamaku . Aku
bertempur menghadapi lawanku termasuk engkau yang tidak aku kenal sebelumnya ,
karena dorongan agamaku . Maka sebelum engkau meludahiku, niatku ikhlas karena
ALLAH SWT . Berperang melawanmu sampai aku membunuh sampai aku terbunuh .
Apabila aku terbunuh, maka syahidlah aku dan syurga telah menungguku . Kalau
aku menang, maka kejayaan islam adalah buahnya ," Kata Ali .
Namun, setelah engkau meludahi wajahku . Hatiku geram .
Merasa terhina, ingin nafsuku untuk membunuhmu . Kalau itu aku lakukan , Maka
jatuhlah aku pada posisi hina . Karena aku membunuh menuruti hawa nafsuku,
bukan karena tuntutan agamaku . Maka apalah artinya aku membunuhmu kalau
kerugian yang justru aku terima . Itulah sebabnya aku meninggalkanmu dan tidak
membunuhmu ."
Sang musyrik tercengang . Terasakan olehnya keagungan
pribadi Ali ra . Sungguh, islam telah membentuk manusia- manusia yang ikhlas
dan ihsan . Manusia tangguh yang bebas dari belenggu hawa nafsu . Hatinya pun
luluh dengan kejadian itu .
Kenapa aku harus mempertahankan diri melawan islam , agama
yang demikian muia dan dahsyat ?" Hatinya berujar . Bukankah aku lebih
beruntung kalau aku justru berjuang bersama agama ini ?" Hatinya terus
mendesak
Sang musyrik telah kalah dan sekaligus menang .
Ia kalah dalam oertempuran melawan Ali ra . Namun, ia menang karena mendapat
perasaan baru yang menentramkan dan keyakinan akan keagungan islam .
"Berbuat bukan karena-Nya adalah kesia - siaan,
bertindak karena nafsu adalah kehinaan"
Sumber : Mulyanto . Kisah - kisah teladan untuk keluarga .
Gema insani . Jakarta . 2004 . 64-65
Tidak ada komentar:
Posting Komentar