Rabu, 06 Desember 2017

Sayangi Ginjal Kita

Gagal Ginjal Kronik adalah kondisi saat fungsi ginjal mulai menurun secara bertahap. Indonesia Renal Registry mendefinisikan gagal ginjal kronis sebagai kerusakan ginjal, dapat berupa kelainan jaringan, komposisi darah dan urine atau tes pencitraan ginjal, yang dialami lebih dari tiga bulan.

Penyebab :
1. Diabetes Melitus (Tersering)
2. Hipertensi (Tersering)
3. Glomerulonefritis
4. Autoimun
5. Polikistik
6. Obstruksi (contoh : BPH)
7. Infeksi Saluran kemih

Bila kamu mengalami penyakit diatas , hubungi dokter yang bersangkutan untuk mendapatkan terapi sebaik - baiknya dan patuh terhadap pengobatan yang dokter berikan. Agar tidak sampai ke fase gagal ginjal

Sekarang yukk kita hitung fungsi ginjal  kita
Gimana caranya ? Kamu tinggal masukin aja data lab (Kreatinin) kamu kesini :  https://reference.medscape.com/calculator/creatinine-clearance-cockcroft-gault .

Nanti setelah ada hasilnya
Kamu cocokin deh ke
1. 90 >  ; Normal atau meningkat
2. 60-89 ; Gangguan GFR (Glomerular Filtration Rate ) Ringan
3. 30-59 ; Gangguan GFR sedang
4. 15-29 ; Gangguan GFR berat
5. <15 ; Gagal ginjal / Perlu Hemodialisis

Kamu masuk kriteria yang mana ?

Coba kita hitung2 biaya hemodialisa :

Satu kali hemodialisis : 800 rb - 2 jt. Sedangkan biasanya pasien gagal ginjal butuh 3x dalam seminggu.
1 minggu : 1 jt x 3 = 3 jt
1 bulan : 3x 4 = 12 jt
1 tahun : 12x 12 = 144 jt (Udah bisa beli mobil🤔) Dan dilakukan terus menerus belum lagi ada alat yg harus dipasang ditangan untuk aksesnya

Yakin masih tidak mau menyayangi ginjal kamu ?

Yukk kita mencegah sebelum sakit 😊

Kamis, 05 Oktober 2017

Apakah Dengan Metode Mendengarkan Musik Klasik Baik Untuk Perkembangan bayi saya ?



Janin manusia ditempatkan oleh Allah SWT untuk tumbuh dan berkembang didalam suatu wadah yang kokoh dalam tubuh seorang ibu, yaitu didalam sebuah rahim. Dimana tempat yang kokoh tersebut diciptakan oileh Allah SWT sebagai perlindungan termasuk diantaranya melindungi janin dari suara yang amat keras dari lingkungan luar.
Pada saat penciptaanya, telinga janin mulai terbentuk dikisaran umur kehamilan 13 minggu dan mulai berfungsi sekitar umur 16 minggu dan benar- benar aktif dalam mendengarkan sekitar umur 24 minggu.
Tetapi, dalam sebuah penelitian dikatakan bahwa, tidak semua suara dapat janin dengarkan melainkan hanya frekuensi tertentu saja yang bisa didengarkan sesuai dengan usia kehamilan janin tersebut.
Didalam penelitian tersebut dijelaskan bahwa pada usia kehamilan 19 minggu seorang janin dapat mendengar frekuensi 100 - 250 Hz. Sedangkan pada usia 27 minggu, seorang janin dapat mendengar pada frekuensi 250 - 500 Hz. Lalu pada usia 33 - 35 minggu dapat mendengar pada frekuensi 1000 - 3000 Hz.
Lalu akan timbulah sebuah pertanyaan, Apakah bila bayi saya didengarkan Mozart atau musik klasik lainnya baik untuk pendengaran serta kecerdasan bayi saya ?
Baiklah sekarang kita coba menyambungkan pernyataan tersebut dengan riset yang telah diuraikan diatas. Frekuensi terendah sebuah musik adalah frekuensi kunci C yaitu 256 Hz, sedangkan frkeunsi Kunci A pada frekuensi 432 Hz. Jadi dapat disimpulkan bahwa seorang bayi baru dapat mendengarkan musik bila seorang ibu mendengarkan kepada anaknya baru setelah usia kehamilan 27 minggu.
Lalu siapakah yang paling didengar oleh janin kalau begitu ? Jawabannya yaitu suara AYAH. Dalam sebuah pnelitian dikatakan seorang ayah memiliki frekuensi suara 128 Hz dan seorang ibu memiliki frekuensi suara 225 Hz. Dengan begitu, seorang ayahlah justru yang memiliki andil bagi seorang janin untuk mendapatkan pelajaran pada saat dalam masa kehamilan. Karena dapat dilihat, bahwa justru suara ayah lah yang lebih dahulu didengar oleh janin. Sehingga bila seorang muslim yang memiliki kebiasaan membacakan bacaan Al- qur'an kepada anaknya seharusnya bukanlah kewajiban seorang ibu yang membacakannya, tetapi sang ayahlah yang harusnya melantunkan setiap bait bacaan Al  qur'an kepada anaknya. Dengan begitu untuk membentuk seorang anak yang sholeh meskipun dia masih didalam janin ibu, justru yang harus memberikan pendidikan pertama adalah ayahnya, bukan ibunya

Wallahua'lam bisshowab










Referensi :

1. Shahidullah S, Hepper PG. Frequency discrimination by the fetus. Early Hum Dev. 1994 Jan;36(1):13–26. 

2. Querleu D, Renard X, Versyp F, Paris-Delrue L, Crèpin G. Fetal hearing. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 1988 Jul;28(3):191–212.

3. Madison LS, Adubato SA, Madison JK, Nelson RM, Anderson JC, Erickson J, Kuss LM, Goodlin RC. Fetal response decrement: true habituation? J Dev Behav Pediatr. 1986 Feb;7(1):14–20.

4. JOHANSSON B, WEDENBERG E, WESTIN B. MEASUREMENT OF TONE RESPONSE BY THE HUMAN FOETUS. A PRELIMINARY REPORT. Acta Otolaryngol. 1964 Jan-Feb;57:188–192. 

5. Hepper PG, Shahidullah S. Habituation in normal and Down's syndrome fetuses. Q J Exp Psychol B. 1992 Apr;44(3-4):305–317.